Proposal Budidaya Tanaman Jahe Gajah Kelompok Tani
Muda Makmur di Desa Kampung Padang Kecamatan Kluet Tengan Kabupaten Aceh
Selatan Provinsi Aceh
Oleh:
Ketua Kelompok Tani Muda Makmur
(Zahrial fajri, SP)
BUDIDAYA JAHE GAJAH
I. PENDAHULUAN
I.a Latar
belakang
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan
rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India
sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut sebut sebagai bangsa yang
pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan
obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae),
se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha),
temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia
galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Nama daerah jahe antara
lain
halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh
(Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai
(Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsbTerna berbatang semu, tinggi
30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun
sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 –
4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu;
seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah,
berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat
tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir
tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat
5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hamper tidak
berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur
terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang
2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya
agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm,
lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih
kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu panjang 9 mm ;
tangkai putik 2.
Jahe gajah banyak dimanfaatkan sebagai
bahan campuran makanan, minuman, kosmetika dan bahan baku dalam kegiatan
industri. Semakin pesatnya kegiatan industri obat-obatan modern, tradisional
dan industri-industri lain yang bermunculan dengan menggunakan bahan baku jahe
menyebabkan permintaan komoditi ini cenderung meningkat dari tahun ketahun.
Jahe gajah tidak hanya berprospek didalam
negri saja tetapi juga memiliki peluang besar untuk diserap oleh pasar
internasional. Jahe gajah berpotensi sebagai komoditas export yang dikirim
dalam bentuk segar, kering, asinan , minyak atsiri dan oleoresin. Negara
pengimport jahe gajah saat ini adalah Singapura, Jepang, Jerman, USA, Kanada,
Maroko, Perancis, Hongkong dan Belanda.
Jahe gajah sangat besar peluangnya untuk
dikembangkan di-Indonesia karena didukung oleh iklim, kondisi tanah dan letak
geografis yang cocok bagi pembudidayaan tanaman ini. Disamping itu dengan
adanya ketersediaan lahan yang luas dan melimpahnya sumberdaya manusia sangat
memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas yang maximal.
Jahe gajah memiliki potensi produksi cukup tinggi yaitu mencapai 25 ton / hektar bahkan dengan teknologi intensif hasil produksi mencapai 65 ton / hektar. Oleh karena itu jahe gajah dapat lebih dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan yang mampu memberikan harapan dan nilai ekonomis yang tinggi.
Jahe gajah memiliki potensi produksi cukup tinggi yaitu mencapai 25 ton / hektar bahkan dengan teknologi intensif hasil produksi mencapai 65 ton / hektar. Oleh karena itu jahe gajah dapat lebih dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan yang mampu memberikan harapan dan nilai ekonomis yang tinggi.
I.b Manfaat dan kegunaan jahe gajah
Asinan Jahe dalam Kemasan di Jepang.Didalam rimpang jahe kering
mengandung pati sekitar 58% , protein 8% , oleoresin 3% -5% dan minyak atsiri
1% -3% . Minyak atsiri adalah minyak yang gampang menguap dan memberikan bau
khas pada jahe. Minyak atsiri mengandung komponen utama yang berupa senyawa
zingiberen dan zingiberol. Penyebab rasa pedas dan pahit pada jahe adalah
senyawa oleoresin.
Kandungan nutrisi ( gizi ) dalam setiap 100 gram jahe mengandung kalori 51, 00kal , protein 1, 50g , lemak 1, 00g , karbohidrat 10, 10g , kalsium 21, 00mg , fosfor 39, 00mg , zat besi 1, 60mg , vitamin A 30, 00SI , vitamin B 1 0, 02mg , vitamin C 4, 00mg , air 86, 20g , bagian yang dapat dimakan 97, 00%.
Kandungan nutrisi ( gizi ) dalam setiap 100 gram jahe mengandung kalori 51, 00kal , protein 1, 50g , lemak 1, 00g , karbohidrat 10, 10g , kalsium 21, 00mg , fosfor 39, 00mg , zat besi 1, 60mg , vitamin A 30, 00SI , vitamin B 1 0, 02mg , vitamin C 4, 00mg , air 86, 20g , bagian yang dapat dimakan 97, 00%.
Jahe gajah dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat diantaranya
adalah obat perangsang selaput lendir besar, rematik, sakit kepala, perangsang
gerakan usus, pencernaan dan perut kembung, batuk kering, peluruh keringat,
sakit tenggorokan, mulas dan salesma lambung.
Jahe gajah juga digunakan sebagai bahan pembuatan bir jahe (
ginger beer ) dan anggur jahe ( binger wine ) . Didalam minyak jahe terkandung
berbagai senyawa seperti kurkumen, pinen, felandren, linalool, bormeol, sitral,
kamfen, farnesen, seskuiterpen, , sineol, metilheptenon, alcohol dan aldehid
yang dimanfaatkan secara luas dalam industri makanan dan minuman
Jahe gajah dikonsumsi sebagai bumbu dapur bermacam-macam masakan
mulai dari bumbu opor, gule, sayur oseng dan lain-lain, selain itu juga dapat
dibuat menjadi berbagai macam produk olahan untuk export misalnya jahe kering (
dried ginger ) , minyak jahe ( ginger oil ) , bubuk jahe, oleoresin jahe dan
asinan jahe ( salted ginger ) . Jahe gajah asinan banyak diminta oleh negara
Jepang.
II. SEKILAS BUDIDAYA JAHE GAJAH
Jahe gajah dapat tumbuh didataran dengan
ketinggian 0 s/ d 1400 dpl namun akan tumbuh bagus apabila ditanam didataran
dengan ketinggian 400 s/ d 800 dpl. dengan suhu berkisar 20 – 30 derajat
Celcius. Komoditi ini berproduksi dengan baik ditanah yang gembur dan banyak
mengandung bahan organik dengan PH 5, 5 – 7. Jahe gajah menghendaki sinar
matahari minimal 8 jam setiap hari dan kelembapan udara yang cukup tinggi
dengan RH 60% -90% .
MASA PANEN.
Jahe gajah dipanen apabila telah tua dan
berumur minimal 10 bulan. Ciri fisik yang nampak yaitu apabila rimpang ditekan
terasa sangat keras dan susah untuk dikelupas kulitnya dengan tangan. Warna
pada kulit luar kelihatan segar kekuningan, mengkilat dan tidak ada warna
kemerahan pada ujung rimpang.
Jahe gajah yang dipanen muda untuk asinan, dilakukan saat tanaman berumur 3 s/ d 4 bulan. Ciri-ciri fisik yang nampak adalah rumpun tanaman masih hijau, rimpang gemuk, ujung-ujung rimpang masih berwarna kemerah-merahan, beranak banyak dan bila rimpang dipotong maka belum kelihatan serat-seratnya.
Jahe gajah dipanen dengan membongkar tanah secara keseluruhan menggunakan garpu tangan. Pembongkaran tidak dianjurkan memakai cangkul agar dapat dihindari jahe terpotong karena tercangkul. Jahe yang patah atau rusak menyebabkan masuk ke-grade export yang lebih rendah yang berarti nilai jualnya menjadi rendah pula.
Jahe gajah yang telah digrade dikumpulkan menjadi satu kemudian didiamkan selama 1- 2 hari digudang penampungan. Tujuannya agar tanah yang masih menempel dijahe menjadi kering dan luruh sehingga bersih tanah. Salah satu persyaratan export adalah jahe harus bersih dari tanah yang menempel di rimpang.
III. PEDOMAN BUDIDAYA
III.a. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi
syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu
fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan
penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10
bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak
terluka atau lecet.
2) Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau
seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan.
Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
a. Penyemaian pada
peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur
sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan.
Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5
mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit
tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan
fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah
itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu
sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis,
kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya
sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah
2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada
bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8
m untuk menanam bibit 1 ton - 2ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam
rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm.
Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di
atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga
didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan
bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali
disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas.
Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit
hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki
3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
3) Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari
ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan
dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4
jam, barulah ditanam.
II. Pengolahan Tanah
1) Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal
harus diperhatikan syarat syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila
keasaman media yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan
tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2) Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi tanahnya
jelek/tidak ratakita ratakan dulu untuk mencegah terjadinya genangan air,
sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm,
lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat
diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang
pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah,
Parameternya sebagai
berikut:
a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
III b.Teknik Penanaman
1) Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang
secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
IV. Pemeliharaan
Tanaman
1) Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya
diadakan pemeriksaan untuk melihat rimpang yang mati. Untuk segera dilaksanakan
penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan
tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan
yang benar.
2) Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran
udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan.
Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang
muncul ke atas permukaan tanah. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu
tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya
pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada
kondisi tanah dan banyaknya hujan.
3) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan
bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara
organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang
dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun
pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat
pembuatan media tanam sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar
dicampur tanah olahan. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3
bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3
kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan bersamaan dengan
kegiatan pembubunan.
b. Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman),
tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4
bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan
tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP
10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang
berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha),
P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N
dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan
pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Namun dengan metode ini Pupuk
diberikan dengan cara di tambahkan pada air penyiraman
3) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu
banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan
penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September guna menjamin
ketersedian air
6) Waktu Penyemprotan
Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan
mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat
pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur
dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
VI. HAMA DAN PENYAKIT
VI.a Hama
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
a. Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
b. Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe
hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
c. Kumbang.
VI.b. Penyakit
a. Penyakit layu bakteri
Gejala:
Mula-mula helaian daun
bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya
tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap
dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih
susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan
dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air
dan kondisi tanah yang terlalu lembab.
Pengendalian:
a. Jaminan kesehatan bibit jahe
b. karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;
c.pengendalian dengan pola pengairan yang baik;
d. pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
b. Penyakit busuk
rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe
melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan
terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala : Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
a. penggunaan bibit yang sehat
b. penerapan pola
tanam yang baik;
c. penggunaan fungisida.
c. penggunaan fungisida.
c. Penyakit bercak
daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Gejala:
Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya
bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik
berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa
mati.
Pengendalian :
baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas
VI.c. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman jahe adalah
gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma
berdaun lebar lainnya.namun dalam sistem ini gulma telah di
kendalikan dengan mulsa pembungkus
.VI.d. Pengendalian
hama/penyakit secara organic
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan
bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan
biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari
serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
1. Mengusahakan
pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari
hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal
pertanaman.
2. Memanfaatkan semaksimal mungkin
musuh-musuh alami.
3. Menggunakan
varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik
yaitu dengan tenaga manusia.
5. Menggunakan
teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan
pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa
tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
6. Penggunaan
pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen maupun pada
tanah.
Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat
berdasarkan atas kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1. T embakau (Nicotiana
tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai 1. fumigan
atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
2. Piretrum
(Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan
sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya
dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu,
hama gudang, dan lalat buah.
3. Tuba (Derris elliptica dan Derris
malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang
diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
4. Neem tree atau mimba
(Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup
selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng
dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis).
Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang
bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai
insektisida dan larvasida.
6. Jeringau (Acorus
calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya
digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang
Callosobrocus,
VII. Perkiraan Hasil
Panen
Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah
berkisar antara 20 sampai dengan 50ton/hektar atau 2 sampai dengan 5
ons/rumpun, hasil optimal dapat di capai apabila megunakan system budidaya
secara intensif. sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar
antara 10-15 ton/hektar atau 1-1.5ons/rumpun.
VIII. ANALISA USAHA
UNTUK LUAS LAHAN 10 Ha
VIII.a. BIAYA PERALATAN
NO
|
JENIS KEBUTUHAN
|
JUMLAH
|
BIAYA
|
|
Harga satuan
|
Jumlah
|
|||
1
|
Alat Semprot Pestisida
|
10
|
350.000,-
|
3.500.000,-
|
2
|
Ember Besar Cuci Panen
|
100
|
45.000,-
|
4.500.000,-
|
3
|
Keranjang Panen
|
300
|
35.000,-
|
10.500.000,-
|
4
|
Timbangan
|
1
buah
|
950.000,-
|
950.000,-
|
6
|
Terpal 6M X 8M
|
5lembar
|
450.000,
-
|
2.250.000,-
|
7
|
Cangkul
|
30
buah
|
65.000,-
|
1.950.000,-
|
8
|
Pagar Jaring
|
200
kg
|
50.000,-
|
10.000.000,-
|
Total
|
32.700.000,-
|
VIII.b. BIAYA PRODUKSI
NO
|
JENIS KEBUTUHAN
|
JUMLAH
|
BIAYA
|
|
HARGA SATUAN
|
JUMLAH
|
|||
1
|
Bibit
|
10.000
kg
|
20.000,-
|
200.000.000,-
|
2
|
Pupuk Urea
|
600
kg
|
4.000,-
|
2.400.000,-
|
3
|
KCL
|
300
kg
|
4.000,-
|
1.200.000.-
|
4
|
Kompos
|
3000
kg
|
500,-
|
1.500.000,-
|
5
|
Pupuk Kandang
|
8000kg
|
300,-
|
2.400.000,-
|
6
|
Pestisida
|
100L
|
75.000,-
|
7.500.000,-
|
7
|
Tenaga kerja: a. persiapan tanam
b. Perawatan
c. panen
|
70HKO
12Bulan
40HKO
|
50.000,-
1.500,000,-
50.000,-
|
3.500.000,-
18.000.000,-
2.000.000,-
|
Total
|
2.38.000.000,-
|
VIII.c. BIAYA PROYEK PER Ha
No
|
Komponen Biaya
|
Jumlah
|
1
|
Kebutuhan Alat dan Bahan
|
32.700.000,-
|
2
|
Biaya Produksi
|
2.38.000.000,-
|
total
|
2.70.000.000,-
|
VIII.d. ASUMSI
Perhitungan budidaya jahe ini berdasarkan
asumsi sebagai berikut
1
|
Hasil Panen jahe
|
250.000kg
|
2
|
Harga jahe
|
5.000,-
|
4
|
Biaya produksi
|
2.70.000.000,-
|
VII.e. LABA RUGI
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
1
|
Hasil pejualan jahe
|
1.250.000.000,-
|
2
|
Biaya produksi
|
2.70.000.000,-
|
Laba
|
980.000.000,-
|
VIIII. PENUTUP
Demikian pengajuan Proposal budidaya jahe gajah dari Kelompok
Tani Muda Makmur, dengan
harapan menarik minat Bapak Kepala Dinas Perkebunan untuk bergabung dan menjadi
tulang punggung bagi usaha yang sangat ingin saya jalankan ini. Sekarang ini,
Kelompok Tani Muda Makmur mempunyai
tanaman Jahe dengan luas 500 meter, yang sekarang sudah Berumur 4 bulan (dalam
Lampiran ), sehingga tidak diragukan lagi kesungguhan dan kedalaman tekad kami
dalam pelaksanaanya, sehinga dapat menjajikan pendapatan yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang bagi pelaku pelaku di sektor pertanian ini.
Wassalam dan terima
kasih.
Kampung Padang, 09 November 2015
Mengetahui
:
PPl Desa
Kampung padang
()
|
Pemohon:
Ketua Kelompok
Tani Muda Makmur
(Zahrial
fajri, SP)
|
Mengetahui
:
Kepala Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP)
|
(Sahrizal)