Jumat, 13 November 2015

 

Proposal Budidaya Tanaman Jahe Gajah Kelompok Tani Muda Makmur di Desa Kampung Padang Kecamatan Kluet Tengan Kabupaten Aceh Selatan Provinsi Aceh
                        


Oleh:
Ketua Kelompok Tani Muda Makmur
(Zahrial fajri, SP)































BUDIDAYA JAHE GAJAH


I. PENDAHULUAN

I.a  Latar belakang
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Nama daerah jahe antara lain
halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsbTerna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hamper tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu panjang 9 mm ; tangkai putik 2.

Jahe gajah banyak dimanfaatkan sebagai bahan campuran makanan, minuman, kosmetika dan bahan baku dalam kegiatan industri. Semakin pesatnya kegiatan industri obat-obatan modern, tradisional dan industri-industri lain yang bermunculan dengan menggunakan bahan baku jahe menyebabkan permintaan komoditi ini cenderung meningkat dari tahun ketahun.

Jahe gajah tidak hanya berprospek didalam negri saja tetapi juga memiliki peluang besar untuk diserap oleh pasar internasional. Jahe gajah berpotensi sebagai komoditas export yang dikirim dalam bentuk segar, kering, asinan , minyak atsiri dan oleoresin. Negara pengimport jahe gajah saat ini adalah Singapura, Jepang, Jerman, USA, Kanada, Maroko, Perancis, Hongkong dan Belanda.
Jahe gajah sangat besar peluangnya untuk dikembangkan di-Indonesia karena didukung oleh iklim, kondisi tanah dan letak geografis yang cocok bagi pembudidayaan tanaman ini. Disamping itu dengan adanya ketersediaan lahan yang luas dan melimpahnya sumberdaya manusia sangat memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas yang maximal.
Jahe gajah memiliki potensi produksi cukup tinggi yaitu mencapai 25 ton / hektar bahkan dengan teknologi intensif hasil produksi mencapai 65 ton / hektar. Oleh karena itu jahe gajah dapat lebih dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan yang mampu memberikan harapan dan nilai ekonomis yang tinggi.

I.b  Manfaat dan kegunaan jahe gajah
Asinan Jahe dalam Kemasan di Jepang.Didalam rimpang jahe kering mengandung pati sekitar 58% , protein 8% , oleoresin 3% -5% dan minyak atsiri 1% -3% . Minyak atsiri adalah minyak yang gampang menguap dan memberikan bau khas pada jahe. Minyak atsiri mengandung komponen utama yang berupa senyawa zingiberen dan zingiberol. Penyebab rasa pedas dan pahit pada jahe adalah senyawa oleoresin.
Kandungan nutrisi ( gizi ) dalam setiap 100 gram jahe mengandung kalori 51, 00kal , protein 1, 50g , lemak 1, 00g , karbohidrat 10, 10g , kalsium 21, 00mg , fosfor 39, 00mg , zat besi 1, 60mg , vitamin A 30, 00SI , vitamin B 1 0, 02mg , vitamin C 4, 00mg , air 86, 20g , bagian yang dapat dimakan 97, 00%.
Jahe gajah dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat diantaranya adalah obat perangsang selaput lendir besar, rematik, sakit kepala, perangsang gerakan usus, pencernaan dan perut kembung, batuk kering, peluruh keringat, sakit tenggorokan, mulas dan salesma lambung.
Jahe gajah juga digunakan sebagai bahan pembuatan bir jahe ( ginger beer ) dan anggur jahe ( binger wine ) . Didalam minyak jahe terkandung berbagai senyawa seperti kurkumen, pinen, felandren, linalool, bormeol, sitral, kamfen, farnesen, seskuiterpen, , sineol, metilheptenon, alcohol dan aldehid yang dimanfaatkan secara luas dalam industri makanan dan minuman
Jahe gajah dikonsumsi sebagai bumbu dapur bermacam-macam masakan mulai dari bumbu opor, gule, sayur oseng dan lain-lain, selain itu juga dapat dibuat menjadi berbagai macam produk olahan untuk export misalnya jahe kering ( dried ginger ) , minyak jahe ( ginger oil ) , bubuk jahe, oleoresin jahe dan asinan jahe ( salted ginger ) . Jahe gajah asinan banyak diminta oleh negara Jepang.

II.    SEKILAS BUDIDAYA JAHE GAJAH

Jahe gajah dapat tumbuh didataran dengan ketinggian 0 s/ d 1400 dpl namun akan tumbuh bagus apabila ditanam didataran dengan ketinggian 400 s/ d 800 dpl. dengan suhu berkisar 20 – 30 derajat Celcius. Komoditi ini berproduksi dengan baik ditanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan PH 5, 5 – 7. Jahe gajah menghendaki sinar matahari minimal 8 jam setiap hari dan kelembapan udara yang cukup tinggi dengan RH 60% -90% .

MASA PANEN.
Jahe gajah dipanen apabila telah tua dan berumur minimal 10 bulan. Ciri fisik yang nampak yaitu apabila rimpang ditekan terasa sangat keras dan susah untuk dikelupas kulitnya dengan tangan. Warna pada kulit luar kelihatan segar kekuningan, mengkilat dan tidak ada warna kemerahan pada ujung rimpang.

Jahe gajah yang dipanen muda untuk asinan, dilakukan saat tanaman berumur 3 s/ d 4 bulan. Ciri-ciri fisik yang nampak adalah rumpun tanaman masih hijau, rimpang gemuk, ujung-ujung rimpang masih berwarna kemerah-merahan, beranak banyak dan bila rimpang dipotong maka belum kelihatan serat-seratnya.

Jahe gajah dipanen dengan membongkar tanah secara keseluruhan menggunakan garpu tangan. Pembongkaran tidak dianjurkan memakai cangkul agar dapat dihindari jahe terpotong karena tercangkul. Jahe yang patah atau rusak menyebabkan masuk ke-grade export yang lebih rendah yang berarti nilai jualnya menjadi rendah pula.

Jahe gajah yang telah digrade dikumpulkan menjadi satu kemudian didiamkan selama 1- 2 hari digudang penampungan. Tujuannya agar tanah yang masih menempel dijahe menjadi kering dan luruh sehingga bersih tanah. Salah satu persyaratan export adalah jahe harus bersih dari tanah yang menempel di rimpang.

III. PEDOMAN BUDIDAYA

III.a. Pembibitan
1)     Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
2)     Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
a. Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton - 2ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.


3)    Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
II. Pengolahan Tanah
1)      Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman media yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2) Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi tanahnya jelek/tidak ratakita ratakan dulu untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah,
Parameternya sebagai berikut:
a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.

III b.Teknik Penanaman
1)      Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.

IV. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan untuk melihat rimpang yang mati. Untuk segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
2)      Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.




3) Pemupukan
a.       Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan media tanam sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar dicampur tanah olahan. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b.      Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Namun dengan metode ini Pupuk diberikan dengan cara di tambahkan pada air penyiraman
3)      Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September guna menjamin ketersedian air
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.

VI. HAMA DAN PENYAKIT
VI.a Hama

Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
a.  Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
b.  Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
c.  Kumbang.

VI.b. Penyakit

a. Penyakit layu bakteri
Gejala:
 Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab.

Pengendalian:
a. Jaminan kesehatan bibit jahe
b. karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;
c.pengendalian dengan pola pengairan yang baik;
d. pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)

b. Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.

Gejala : Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
a. penggunaan bibit yang sehat
b. penerapan pola tanam yang baik;
c. penggunaan fungisida.

c. Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.

Gejala:
Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati.

Pengendalian :
baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas
VI.c. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman jahe adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.namun dalam sistem ini gulma telah  di kendalikan dengan mulsa pembungkus
.VI.d. Pengendalian hama/penyakit secara organic
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
1.    Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman.
2.    Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
3.    Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4.    Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5.    Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
6.    Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen maupun pada tanah.
Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan atas kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1.    T embakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai 1. fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
2.    Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
3.    Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
4.    Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
5.    Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
6.    Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus,


VII. Perkiraan Hasil Panen

Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 20 sampai dengan 50ton/hektar atau 2 sampai dengan 5 ons/rumpun, hasil optimal dapat di capai apabila megunakan system budidaya secara intensif. sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar atau 1-1.5ons/rumpun.










VIII. ANALISA USAHA UNTUK LUAS LAHAN 10 Ha


VIII.a. BIAYA PERALATAN

NO
JENIS KEBUTUHAN
JUMLAH
BIAYA
Harga satuan
Jumlah
1
Alat Semprot Pestisida 
10
350.000,-
3.500.000,-
2
Ember Besar Cuci Panen
100
45.000,-
4.500.000,-
3
Keranjang Panen
300
35.000,-
10.500.000,-
4
Timbangan
1 buah
950.000,-
950.000,-
6
Terpal 6M X 8M
5lembar
450.000, -
2.250.000,-
7
Cangkul
30 buah
65.000,-
1.950.000,-
8
Pagar Jaring
200 kg
50.000,-
10.000.000,-
Total
32.700.000,-

VIII.b. BIAYA PRODUKSI

NO
JENIS KEBUTUHAN
JUMLAH
BIAYA
HARGA SATUAN
JUMLAH
1
Bibit
10.000 kg
20.000,-
200.000.000,-
2
Pupuk Urea
600 kg
4.000,-
2.400.000,-
3
KCL
300 kg
4.000,-
1.200.000.-
4
Kompos
3000 kg
500,-
1.500.000,-
5
Pupuk Kandang
8000kg
300,-
2.400.000,-
6
Pestisida
100L
75.000,-
7.500.000,-
7
Tenaga kerja:  a. persiapan tanam
    b. Perawatan
    c. panen
70HKO
12Bulan
40HKO
50.000,-
1.500,000,-
50.000,-
3.500.000,-
18.000.000,-
2.000.000,-
Total
2.38.000.000,-


VIII.c. BIAYA PROYEK PER Ha
No
Komponen Biaya
Jumlah
1
Kebutuhan Alat dan Bahan
32.700.000,-
2
Biaya Produksi
2.38.000.000,-
total
2.70.000.000,-

VIII.d. ASUMSI
Perhitungan budidaya jahe ini berdasarkan asumsi sebagai berikut
1
Hasil Panen jahe
250.000kg
2
Harga jahe
5.000,-
4
Biaya produksi
2.70.000.000,-

VII.e. LABA RUGI
No
Uraian
Jumlah
1
Hasil pejualan jahe
1.250.000.000,-
2
Biaya produksi
2.70.000.000,-
Laba
980.000.000,-










                                                                                      






















VIIII. PENUTUP



Demikian pengajuan Proposal budidaya jahe gajah dari Kelompok Tani Muda Makmur,  dengan harapan menarik minat Bapak Kepala Dinas Perkebunan untuk bergabung dan menjadi tulang punggung bagi usaha yang sangat ingin saya jalankan ini. Sekarang ini, Kelompok Tani Muda Makmur  mempunyai tanaman Jahe dengan luas 500 meter, yang sekarang sudah Berumur 4 bulan (dalam Lampiran ), sehingga tidak diragukan lagi kesungguhan dan kedalaman tekad kami dalam pelaksanaanya, sehinga dapat menjajikan pendapatan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang bagi pelaku pelaku di sektor pertanian ini.
Wassalam dan terima kasih.

Kampung Padang, 09 November 2015



                                                                                                                      
Mengetahui :                                                                                                                                                     
PPl Desa Kampung padang



()
Pemohon:
Ketua Kelompok Tani Muda Makmur


(Zahrial fajri, SP)





Mengetahui :                                                                                                                                                     
Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)



(Sahrizal)